Oleh: quinndhany
Ketika membahas secara fenomenologis keadaan sosial sekarang cenderung tampak mengarah ke soal agama. Terkadang agama itu memenjarakan tapi social membutuhkan itu untuk pemenuhan psikis individu juga...
View ArticleOleh: Reza A.A Wattimena
terima kasih atas uraiannya. Saya belajar banyak. Satu hal: rasionalitas dan refleksi diri memang terus berlanjut… ini adalah proses yang tak pernah selesai SukaSuka
View ArticleOleh: Reza A.A Wattimena
setuju… tafsir sangat penting disertai dengan kejernihan dan sikap kritis SukaSuka
View ArticleOleh: Nama
Kok jadinya seperti ada ‘agama’ baru ya? Yaitu ‘agama’ non-dualistik. Sehingga, ‘agama’ non-dualistik karena ke-non-dualistikannya ia mendapatkan pembenaran untuk mengeliminasi kaum dualistik? Terus...
View ArticleOleh: Reza A.A Wattimena
jangan pusing dengan nama dan konsep… dualistik hanya kata… kembali ke akar agama, yakni pengalaman kesatuan dengan yang transenden… SukaSuka
View ArticleOleh: Reza A.A Wattimena
Sebagai balasan untuk Arnold Apolos Abbas. keadilan, perdamaian dan pengalaman mistik individual, hanya itu yang bisa melepaskan agama dari kecenderungan kekerasan. Salam kenal ya. SukaSuka
View ArticleOleh: Reza A.A Wattimena
Sebagai balasan untuk Biru Langit. pandangan dualistik adalah hasil dari pikiran manusia. Apapun yang keluar dari pikiran manusia, selalu bisa diubah, karena ia tidak absolut. Pandangan dualisme juga...
View ArticleOleh: muhammadarkhan
Yang saya tangkep di postingan kok seolah-olah mengkambing hitamkan agama iyaa. Menurut saya yang melakukan kekerasan itu oknum orang beragama, hampir semuah pihak mempunyai oknumnya sendiri. Emangnya...
View ArticleOleh: Reza A.A Wattimena
Sebagai balasan untuk muhammadarkhan. coba baca dulu lebih detil ya tulisan ini.. ok SukaSuka
View ArticleOleh: Harly Kaunang
Sayang sekali, agama yang seharusnya menjadi instrumen untuk mewujudkan perdamaian, sering kali digunakan sebagai jubah untuk melegitimasi tindakan kekerasan. Saya punya keyakinan bahwa setiap agama...
View ArticleOleh: Reza A.A Wattimena
Sebagai balasan untuk Harly Kaunang. Terima kasih sekali atas catatannya. Salam kenal dan salam hangat. SukaSuka
View ArticleOleh: Firdaus Dasta
Seharusnya agama benar-benar berasal dari TUHAN. Akan tetapi sangat susah mentukan apakah agama itu atau agama ini berasal dari TUHAN atau bukan. Teologi dan dogma itu ciptaan manusia. Agama yang...
View ArticleOleh: Reza A.A Wattimena
Sebagai balasan untuk Firdaus Dasta. saya setuju. Agama hanya jalan menuju Tuhan. Agama tidak perlu diagung2kan. SukaSuka
View ArticleOleh: “Potret Buruk Kekerasan Agama di Indonesia”
[…] – https://rumahfilsafat.com/2015/01/10/sekali-lagi-agama-dan-kekerasan […] SukaSuka
View ArticleOleh: gajah susanto
Pola berpikir dualistik tidak sesuai dengan kenyataan dan kebenaran alamiah semesta. Salah benar: padahal ada ragu ragu, hitam putih: padahal ada kuning hijau merah dll, laki laki perempuan: padahal...
View ArticleOleh: Reza A.A Wattimena
Sebagai balasan untuk gajah susanto. saya sepakat.. terima kasih atas sharingnya SukaSuka
View ArticleOleh: Kiswanto SAtmojo
saya sudah amati sangat lama dengan olah rasa ( Manusia tidak memiliki Rasa Hanya Bisa Merasakan , Pemilik Rasa adalah Semesta Ini yaitu Tuhan Yang Maha Segalanya ) , Brilian sangat menarik ulasan Bpk...
View ArticleOleh: Reza A.A Wattimena
Sebagai balasan untuk Kiswanto SAtmojo. terima kasih atas sharingnya. SukaSuka
View ArticleOleh: Ades
Dalam buku The Place of Tolerance in Islam (2002), Khaled Abou El Fadl menulis, “the meaning of the text is often as moral as its reader. If the reader is intolerant, hateful, or oppressive, so will be...
View Article